Oleh : Dika FS Ahmad (Guru Bahasa Indonesia SMKS NU Tasikmalaya)
Tepatnya setiap tanggal 27 di bulan Rajab seluruh umat Islam memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw. dengan mengadakan kegiatan yang disebut Rajaban. Isra’ Mi’raj adalah peristiwa Rasulullah melakukan perjalanan dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsha (Palestina) dengan buraq. Setelah melakukan perjalan tersebut (Isra) Rasulullah melanjutkan perjalanan dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha menghadap Allah Swt. dan mendapatkan perintah salat. Di Indonesia, Rajaban biasanya hanya diisi dengan mengadakan Tausiah di setiap masjid dengan menjamu jemaah dengan berbagai kudapan atau prasmanan. Meski terbilang sederhana, tetapi kegiatan tersebut terdapat makna yang secara implisit berkaitan dengan beberapa aspek kehidupan, yaitu sebagai berikut.
Menilik dari segi keagamaan, Rajaban merupakan sebuah rasa syukur kepada Allah Swt. atas keberlimpahan nikmat yang telah diberikan. Selain itu, dapat juga dimaknai sebagai sarana untuk beribadah serta alat untuk berkomunikasi kepada sang pencipta (habluminallah), karena pada saat tausiah kita memanjatkan doa-doa dan melantukan sholawat. Hal tersebut dapat menjadi suatu harapan untuk diberikan keselamatan, kemakmuran, dan kesejahteraan dalam menjalani hidup. Manakala ditinjau dari segi sosial, Rajaban berfungsi suatu wadah untuk mempererat silaturahmi antar warga. Hal itu, terwujud ketika setiap warga mempersiapkan kegiatan Rajaban. Adanya kegiatan memperisapkan tersebut dapat menumbuhkembangkan jiwa sosial dan semangat bagi kawula muda untuk menciptakan rasa solidaritas antar masyarakat dalam bergotong-royong demi mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan bersama.
Kemudian, dari segi ekonomi, Rajaban menjadi suatu momentum bagi para pedagang untuk mengais rejeki. Biasanya, para pedagang berjualan makanan, minuman, mainan, atau hiburan bagi anak-anak yang ikut Rajaban. Hal tersebut, dapat dikatakan bahwa Rajaban menjadi sumber rejeki dan dapat membawa berkah bagi masyarakat sekitar. Selain itu, dilihat dari segi pendidikan dan kebudayaan, rangkaian tradisi Rajaban dapat menjadi suatu kegiatan positif yang dapat membentuk suatu karakter bangsa yang memiliki sikap rasa tanggung jawab, gotong royong, toleransi, dan solidaritas. Tertanamnya karakter tersebut akan berdampak pada terpelihara dan terjaganya nilai-nilai budaya. Semoga dengan adanya pelestarian suatu tradisi, kita tidak hanya menjalankannya saja, tetapi menafsirkan setiap kegiatan dari berbagai aspek kehidupan.
Komentar Terbaru